21 Januari 2021

Pesan Covit 19

 kalian
jangan kalian musuhi aku
aku hanya hamba yang diutuskan 
oleh Rabbul Jalil
ke lantai bumi kalian
kerna
Tuhan murka
kalian telah lupa yang kalian adalah hamba
kalian ingat kalianlah penguasa 
kalian lupa segalanya selama ini adalah atas RahmatNya semata.
kalian telah menoda janji azali kalian terhadap Tuhan
bahawa kalian akan memakmurkan bumi dan menjadi khalifahNya
kalian abaikan
malah kalian berlaku sombong
mendabik dada dengan berkata
"segala sesuatu adalah pencapaian dari keintelektual akal,
bukan Rahmat dariNya."
Kalian telah merajakan nafsu yang telah dikuasai syaitan.
kalian sering berbunuhan antara sesama kalian
manusia semua bangsa dan di semua benua sudah berantakan
kalian tidak hiraukan lagi jiran yang kelaparan
sedang kalian membazir dengan nikmat
bahawa anjing kalian lebih kalian muliakan dari sesama manusia yang kesusahan; kalian tidak memperdulikan jiran yang kelaparan
yang kaya dan berupaya menindas yang miskin
pemerintah asyik mengayakan diri dan kerabat
penguasa mencipta logik semata untuk menjarah dan mendoktrinkan mereka dengan niat yang jahat
gunung kalian runtuhkan
air sungai kelian cemari semaunya
kalian mendabik dada
pencapaian teknologi ciptaan kalian telah menawan langit
kalian terokai langit ; sementara kalian cemari laut
kalian mahu berulang alik ke bulan ; sementara kalian runtuhkan pergunungan
kalian membina bangunan; sementara kalian musnahkan kemanusiaan

Tuhan murka kalian...
makanya Tuhan utusi aku ke bumi kalian
buat menyedarkan kalian
itupun kalau kalian mahu berfikir
bahawa kalian hanyalah hambaNya yang 
sebenarnya tidak memiliki apa-apa
hidup hanya sekedar di atas rahmatNya semata
segalapuji hanya bagiNya
segala milik hanya milikNya semata
segala kudrat hanya kudratNya semata
keberadaan kalian dan aku adalah diizinNya semata
Kun fayakun; maka menjadilah apa yang semahuNya
Dia yang satu
tiada permulaan dan tiada pengakhiran ; Dia yang kekal

Dia murka pada kalian ; maka Dia utuskan aku
untuk menguji kalian
nanti bila dipanggil aku pergi aku akan pergi dari bumi kalian
jika Dia mahu mematikan kami; maka matilah kami
berfikirlah kalian
manusia semua bangsa dari semua benua
berfikirlah...

manjung
 


10 Januari 2021

 Mata.

pintu yang terbuka
dimasuki dunia dan seisinya
menghuni kamar diri
melembaga di rumah fikir
rahmat Ilahi untuk kau syukuri
jika kau mahu mengerti...
15.11.19
mutiara dari tazkirah
surau.

 Makrifat

melihat hakikat
bermaqam saat dan tempat
terikat limpah rahmat...
kudrat satu Zat
16.11.19
renyai hujan
malam yang diam

 Tubuh dan Roh

seumpama lilin yang menyala
dari lilin nyalanya membakar...
dari nyalanya lilin terbakar...
21.11.19
menelaah falsafah hidup karya Buya Hamka

 Kembara diri

dihujung diksi diri
wajah soal melengkong
di relung-relung tanya
di malam yang diam
bilah seru yang tajam
menikam
hujung jantung
menetaslah cinta
dari cengkerang waktu
menciap-ciap menuju zatMu
25.11.19
12.30 am
pantai dalam
kl

 siapa mampu mendamaikan ombak yang menghempas resah ke pantai fitrah

siapa mampu menahan amarah api yang mercik meretak di rekahan lelangit merah
sedarlah semua
kita ciptaan kerdil dengan kudrat nihil
dengan waktu yang terbatas memohon belas
perlu pasrah pada setiap langkah
27.11.19

 Pemergian

i
kita tak bisa mendahuluinya
mahupun melengahkannya
walau sesaatpun
kerna ketentuan
telah ditentukan..
ii
bukan...
bukan kematian itu satu perhentian
cuma selangkah ke hadapan
menemui Tuhan
iii
hanya seberkas doa
setulus ingatan
kususulkan buatmu
wahai sahabat...
30.11.19
puisi khas buat ingatan
sahabatku En.Zaid (Perpaduan manjung)
yang kembali kerahmatullah pada hari ini jam 4 petang di rumah allahyarham... semuga rohnya ditempatkan bersama orang-orang yang mendapat rahmatNya..

 Pemergian itu penantian

sahabatkupun berangkat
menuju destinasi abadi
dan tak bisa lagi kembali bersama kami
ke sini untuk
bersama berdiri di saf
seperti sebelum ini
doa kerabat dalam kesayuan yang mendalam
mengalir bersama air mata perpisahan
sukar melepaskan
tapi... itulah suratan
yang tak bisa dimungkiri
sebenarnya dia telah mendepani
melangkah ke aspal yang terbentang lurus
kita yang tertinggal...
masih dijuzuk ini
sementara dia
menunggu diperbaringan
saat perhitungan
kita harus terus
mendoakan...
bersemadilah duhai sahabat
bersama orang yang diselimuti berkat
1.12.19
kuabadikan ini
saat selepas solat jenazah sahabat
11.30am

 Pintu

saban waktu
kutunggu kepulanganmu
bila kau sapaku dengan kekunci
kubuka dedaun hati
melangkahlah sayang
memasuki diriku
biar kau terlena di kamar mimpi
aku tetap berdiri mengawasi
melindung petir dan hujan
jembalang dan syaitan
dan..
bila kau melangkah pergi
kau sarungkan kekunci hatimu
aku akan terus setia
menunggu kepulanganmu di senja
26.12.19
seri manjung

 Wakaf Che' Yeh

di sini ada kepelbagaian
dan manusianyapun dengan
kepelbagaian
di sini ada suara memanggil
dalam rentak kepelbagaian
21.12.19

 Ombak Laut Cina Selatan

suara resah yang dari mana entah
atau
dengus amarah yang sebabnya entah
atau disebabkan
diperjalanan ini
kita sering terbias dari menzikiriNya
tidak seperti ombak
tidak seperti beburung
atau seperti gunung
yang setiap ketika tidak lupa
bertasbih kepadaNya
21.12.19
pantai penarik
besut

 Satu peringatan dari penghayatan

DibenihiNya cinta kasih di dada insan
lalu tumbuh mekar merimbun sayang dan rindu-rinduan
seumpama
sebuah kehidupan yang di bawahnya mengalir sungai-sungai
dan ikan kecil bila menyisir pepasir
memagut daunan lelumut di batuan dingin
membenihlah kedamaian
mekarlah kelopak kesyahduan
serasilah suara deruan air yang menempuh kelikir
menuju lautan
diselangi ratiban cengkerik dan ungas di rerimba menghijau
Dengan RahmanNya
Dia bertanya berkali-kali..
kepada kita..
Nikmat yang manakah yang engkau mahu dustakan!
22.12.19
De' Viana
Kota Baru

 subuh

dalam khusyuk pohon kelapa terpacak di saf
menunggu benih cahaya yang akan mercik dari ufuk
kokok ayam sayup-sayup adalah suara peringatan
laut tak pernah jemu mengirim buih putih yang mercik di pepasir
sebentar lagi
di keheningan tanpa bayu
mersik gema azan
laungan dari Pencipta
saatnya tiba untuk kita melangkah
mengunjung rumahNya
roqayah resort
pengkalan balak
melaka
12.12.19

04 Januari 2021

 Apakah pulara ini

pentas untuk pemuisi berbicara
denyut kehidupan
atau...
sekedar sebuah sendiwara tua
di pentas malam
6.12.15
Pulara
Pangkor

 Dunia

yang berkuasa
meratah yang marhein
semaunya...
dengan wang
beli kuasa
dengan kuasa
meratah segalanya
semaunya...

30.12.15

 Kebingungan

aku dan aku pasti kalianpun...
masih ketololan di persimpangan waktu
tahun yang sudah mahu beralihpun
tak mampu menjadikan kita dewasa
memengertikan hakikat kebenaran hakiki
waktu sering diputar oleh penguasa rakus
sang firaun yang merajalela merampok rumah benar salah kita
aku dan aku yakini kalianpun...
harus akur saja. harus akur saja...apapun!
neracanya ditangan mereka
yang kaya...yang milik kuasa tanpa nas
maka miskipun waktu sudah mahu beralih
aku yakini...
dan aku pasti kalianpun
yakini..
kita terus berada di kandang pasrah
menanti untuk sembelihan
demi sembelihan
di tengkuk kita yang
longlai...
30.12.15
Rogayah Faizah, Mamu MK Hasny dan 19 yang lain
1 Komen
Suka
Komen
Kongsi

 Menutup jenayah dengan penipuan,

Menutup penipuan tersebut adakalanya mencipta lagi penipuan....atau beberapa siri penipuan.
Adakalanya jenayah dan penipuan pula ditutup dengan jenayah pembunuhan atau paling ringan penyingkiran...
Yang pandai mengampu mengambil tempat strategik.
Yang tak tahu apa.. jadi pengampu hanya kerana mabuk dik asap penipuan...atau hanya kerana berjiwa asobiah yang terlampau...menjadikan mereka tolol...dan terus menerus ditololkan...
Itulah episod episod yang kita saksikan menjelang penutupan tirai 2015.

30.12.15

 Tika matamu dan mataku bersapa

Matamu yang meredup
merungkai tangkai jantung
gugur seumpama
rintik salju
di batu pergunungan dan
mencair
mencari alir yang
tak menentu
Dan di laut yang bergelombang
kurenangi malamku
mencari-cari matamu
Tuk mengubati sepiku
Dengan cahaya di perhentian
sebuah pelabuhan
kudambakan pertemuan
dermaga perkasihan
kita berdua
Biar rindu itu berdakapan
selama-lamanya...

5.1.16

 Waktukah yang memisahkan kita

atau jarak itu yang menghalang perkasihan ini
Makanya...
kita tidak lagi punyai waktu
untuk bisa bersama
seperti dulu

5.1.16

 Pencemaran

Langit berdarah
sungai berdarah
laut menyimbah darah
ke pantai parah
Rahang lembaga hitam
yang agam
yang kejam
terus mengganas...
(untuk mangsa debu bauksite)
6.1.16

 Sepatu nan sepasang

walau apapun kami telah sepakat
untuk bersama pada setiap langkah
dan memikul bebanmu walau ke mana...
kami tak akan mengeluh duhai kekasih!
dan biarpun jasad kami kian menipis
kian lusuh...
biarkan!
kami rela. kami pasrah.
melindungi jejak-jejak dirimu yang
terlalu kau rahsiakan!
biar kami simpan
tapak-tapak keliru
dimamah air
dihuni buih
9.1.16

 dengan sebilah belati

kau hiris jantungku
lukanya berkurun
menitis

13.1.16

 Keliru. Apakah...

Apakah ratibku tidak sama dengan ratib kalian
atau tasbihku berbeda dengan tasbih kalian
atau hanya sanya...
sujudku tidak lagi berjemaah bersama kalian...
Makanya aku
menjadi puntung neraka
selama-lamanya..
17.1.16
Rogayah Faizah, Mamu MK Hasny dan 26 yang lain
1 Perkongsian
Suka
Komen
Kongsi

Belum bertajuk

  Di sangkak tradisi Dieramnya generasi buat menyambung legasi Menetaslah wajah-wajah baru dari kehangatan kasih