29 Ogos 2013

Merdeka? Maaf Tuan!

i.
maaf tuan
aku belum rasa merdeka
seperti yang tuan canangkan di akhbar

saban hari sedari subuh sepie
aku meredah belantara
mencari rotan yang sukar lagi kutemui
demi sesuap nasi anak isteri

temanku hanya unggas dan
binatang buas yang hanya
menanti gerakku yang alpa

ii.
maaf tuan
aku tak pernah rasa merdeka di hati
seperti yang tuan hebohkan di radio tivi

kerna rumahku di bawah jejambat ini
bertemankan sianjing kurap
menghidu debu dan lendir kota
saban hari mengutip sampah 
menggalas perut
meneruskan hidup

iii.
maaf tuan
kami belum rasa merdeka
seperti yang tuan canangkan di akhbar

maaf tuan
kami  tak pernah rasa merdeka di hati
seperti yang tuan hebohkan di radio tivi


(Selamat Hari Merdeka ke 56)
30.8.13


07 Julai 2013

Peristiwa Mesir

wahai keturunan sang Penakluk Agung Ibn Al-Ash dan Salehuddin Al-Ayubi
telah tertegak semula kebangkitan dan kebebasan
legasi nenek moyang kamu yang agung sebagai pahlawan gagah berani
mencantas saki baki firaun yang berkurun merantai kaki-kaki nenek moyang kalian
dengan perinsip dan ketemadunan tuhan

dan sebentar...
keladak-keladak baltoji menyekat nilmu.  kembali mengalir lesu
ruh kalian diperkosa oleh kudeta laknatullah itu

dan nasib sentiasa menunggu keputusan
apakah kalian mahu kembali ke rumah. istirehat!

atau kalian teguh bersemangat Ibnu Umar
menghunus pedang mencantas setiap zarah kebatilan
biar terbakar seluruh gurun yang kontang

sehingga...
kebenaran di atas tempatnya
kebebasan di landasannya
syariat ke asalnya
adakah kalian rela
syahid ditanganNya?


Menjelang dinihari pagi 4 Julai 2013...rampasan kuasa dan perkosaan demokrasi
7.7.13


29 Jun 2013

Sesungguhnya

sesungguhnya dirimu
telah melakari sebuah puisi 
menjadi sebuah lukisan di kanvas
dalam lengkungan jalur pelangi dan
seberkas ikebana yang harum

di pentas itu
lenggok tubuhmu
persis kunang-kunang di dada malam
persis kupu-kupu kecil menyentuh kelopak dengan
kristal embun di subuh yang rimbun

sayang!
sesungguhnya aku
merindui gerakmu yang
kian waktu menggamit
sukmaku yang sepi

29.6.13

27 Jun 2013

Denai Yang Sehala

kuusung lentera bersama warkah tuhan
dalam nyalaan merah kuning bakaran dari minyak tanah
kuredah malam bersama syair cengkerik yang bersahutan
di tepian denai yang sehala ini

bulan terapung seolah-olah kebingungan
kerna pungguk tidak lagi kedengaran merinduinya
mimpi-mimpinya telah diperkosa
guntur yang membingit

dan lentera yang kuusung kian malap
dedinding kaca dilitup jelaga diri
denai yang sehala inipun menjadi kabur...

22.6.13
sempena malam lentera puisi
kuala lumpur

25 Jun 2013

Angkara Jerebu

dari bakaran otak kalian yang rakus
meregut ringgit-ringgit yang tidak pernah kalian puas
kami manusia marhein dipaksa menyedut debu-debu ini
dari dosa kalian

pada ketika ini kalian tidak kelihatan di sini lagi
kalian kulihat ke london paris new york
dikelilingi betina dan
meneguk buih-buih masam

aduh! kerongkong kami mulai membengkak
mata kami kian pedih...

(di manjung index udara mencecah 200)
24.6.13


18 Jun 2013

Setiap Ketika

umpama senja
setiap ketika
mewarna jingga

lautpun bicara
setiap ketika
tentang cinta
uda dan dara

di sarang senja
setiap ketika
sikecil menganga
ibu yang tak kunjung tiba

umpama senja
setiap ketika
kan pergi jua
tinggalkan mega berduka

esok muga akan bersua...

18.6.13


14 Jun 2013

Makanya Aku Ke Sini

apa perlunya aku ke sini
kalau sekedar...
mengelilingi tembok batu empat persegi
tujuh kali pusingan
bersesak dan melelahkan

apa perlunya aku ke sini
kalau sekedar...
dari safa dan marwah berjalan kaki
ulang alik tujuh perjalanan
perit dan meresahkan

Tuhan...
melainkan kerna suruhanMu semata
yang disampaikan oleh pesuruhMu
yang kau utuskan untuk kami

sesungguhnya Engkau Maha Berkuasa
Maha mengetahui
segala sesuatu milikMu semuanya

makanya aku ke sini...
memperhambakan diri
di 'rumah'Mu ini

terimalah daku
duhai Tuhan...
tamuMu yang hina ini

27.3.13
(11.30 pagi. Selesai sae umrah aku berwuduk di Marwah untuk menunggu solat zohor pada jam 12.20 tengah hari. Semasa di dalam Masjidilharam dekat Pintu King Abdul Aziz aku duduk melihat Kaabah dan menulis puisi ini)

03 Jun 2013

Puisi Untuk Camarku

kutuliskan sebuah puisi untukmu duhai camar
ketika kau terbang melintasi dinding senjaku ini
biar merah jingga nun di ufuk menjadi saksi
biar pepohon senja nun di lereng gunung menyimpan rahsia...
bahawasanya kita pernah mengikat persetiaan bersama

duhai camar
tika malamku terlalu sunyi begini di sini
di kamar ini hanya bertemankan seekur kupu-kupu kecil
yang entah dari mana tetiba memunculkan diri,
dan entah mengapa aku menjadi sangsi
apakah engkau masih setia terhadapku saat ini

duhai camar
terbanglah kepadaku saat ini
biar kubukakan jendela kamar seluasnya

kunjungilah daku di saat ini
aku begitu rindu akan suaramu,
begitu rindu akan puisimu
kepingin mendengar syairmu
syair laut dan desahannya yang menyayukan

29 Mei 2013

Diriku

kusyairkan puisimu di senja itu
iramanya; deru ombak yang
setiap saat merindui pantai

aduhai burung-burung yang terbang pulang
kau dengarkan syairku ini
agar dapat kaukhabarkan
kepada anak-anakmu yang menunggu
di sarang malam

aduhai bayu senja yang menyapa dedaunan
kau bawakan syairku ini kepadanya
agar dia mengerti
bahawa aku terlalu sunyi
setiap saat menyanyikan puisinya
untuk diriku sendiri...

25 Mei 2013

Kota Tanpa Jiwa

tanpa kata-kata
hon-hon yang bicara
membingit...

di persimpangan itu
lampu-lampu punya aksara
hijau, kuning dan merah

di langit yang berdebu
gagak melintas kotak-kotak
ciritnya berceceran
ke muka-muka para gelandangan

di jejantas ada pecutan
manusia gawat setiap saat
memburu detik-detik diri
yang sarat

tak siapa peduli
serbuk azan yang ditaburkan dari menara tuhan
yang sebenarnya melakar kota ini
yang sebenarnya meniup nadi
kota ini

19 Mei 2013

Panahan Matamu


sebilah panah
yang menujah
bisanya terlalu
menggugat degup jantung

kian aku di sini
menunggu bilah-bilah
yang kau lepaskan
dari busarmu

20 April 2013

Petak Pertarungan

hari ini
papan pertarungan dibentang
bidak-bidakpun disusun

sebentar gerak dimulakan
bidak melangkah di petak-petak hitam putih
mencongak silat lawan berpencak
muslihat melangkah muslihat


sang pemerhati tercongok di tepi petak
membaca setiap gerak

pertarungan ini dibius kebencian
pertarungan ini adalah perjuangan
kalah mati

Di Penamaan Calon
20.4.13

09 April 2013

Umpama

umpama biara
di liku senja
tua dan luka

dihuni penyembah gila
tanpa iman tanpa tuhan

di kuburan
daun-daun kering kemboja
berserakan


08 April 2013

Di LantaiMu

jiwa suci
sujud di lantai diri
subuh hening
di kotak fikir dunia hanya kelongsong

hanya ada tuhan
Zat yang Maha Agung
Pencipta yang Ahad
Yang Azali
Yang Rahim

Duhai Tuhan
di subuh ini
di rumahMu ini
aku serah jiwaku

terimalah aku
di kalangan jiwa yang tunduk sujud
dan kekal tunduk sujud
kepadaMu

25.3.13
(subuh di lantai baitullah)

05 April 2013

Di Maqam Balqik

ingin kucari sekuntum puisi
di sini di perkuburan suci ini

dapat kurasakan para syuhada
didakap bumi dengan
kasih sayang

wajah mereka bercahaya
tubuh mereka semerbak mewangi

dengan tasbih
mereka menunggu hari akhir

21.3.13
(Di Madinatul Munauwarah)

Biasan

di biru langit
di hijau gunung
di padang datar
di gelora laut
ada biasan

biasan-biasan yang
membingongkan
wajah-wajah yang tak pernah serupa
tiba-tiba menerpa
di mana-mana

5.4.13

17 Mac 2013

Andai 1

andai senja menyapa jingga
andai bulan menyapa pungguk
andai angin menyantun gelora
pasti alun membawaku 
ke pantaimu jua

16.3.13


12 Mac 2013

Akulah Lelaki Itu

akulah lelaki
tanpa sepatu
menapak di aspal yang garing
menuju ke pantai ini
merenung langit
mendengar suara ombak

akulah lelaki
tanpa jemu
mengait bulan yang bening
di pekat malam
mengintai mimpi
mendengar rajuk sang pungguk

12.3.13

05 Mac 2013

Lahad Datu 2

kalian datang dengan senapang
dengan garang

kamipun menanti dengan senapang
cuma pertahankan diri

jangan kalian
salahkan kami...

5.3.13

Lahad Datu

tiba-tiba
sejarah itu meruntun
mensyaitan dan merakus
nyalaanya marak di sukma kalian
mendidihkan sebelanga pertimbangan

tangkai pada cangkir diri telah hangus
tak mampu dikelek lagi
cangkir itu

telah tertumpah darah
lendirnya resap ke bumi
merahnya masih menyala

menyala di hati kalian
menyala di hati kami

membakar sukma kalian
membakar sukma kami

bukankah kita sebenarnya bersaudara?
menghirup nafas nusantara ini
berkurun...

mengapa harus
kalian bukakan gelanggang
berpencak di bumi saudaramu ini?
tanpa santun
tanpa pantun

5.3.13
(mengenang pencerobohan yang mencetuskan pertempuran di Lahad Datu)
(pertempuran yang sudah tentu memutuskan kasih sayang...suami,isteri dan anak-anak...)


28 Februari 2013

Resap

bumi!
biarkan saja ia resap dari langit
ke perutmu

biar berkurun habil dan qabil
resap dalam ingatan manusiawi
tak pernah jadi pedomanpun

hai kalian!
umat bumi
diantarkan kalian ke sini
untuk apa...

jadilah khalifah laut, khalifah gunung dan pemilik tanah ini
biar ia hijau dengan fauna

jangan kalian biarkan ia
resap...
manusiawimu yang sepatutnya
terpimpin

19 Februari 2013

Kotaku

kotaku mengeruhkan sungai hidup
manusia-manusianya sarat dengan serakah nafsu
membelek kartu-kartu
di saku

ada cinta yang terbuang
ada rindu tercemar
ngiong hon dan asap di aspal
meratah keamatan diri

aku jadi terkedu melihat kota
sarat memikul dosa-dosa 

bungkah-bungkah batu berdiri angkuh
menujah langit hening
antara persetiaan dan cinta
sering terbakar di ranjang kamar

di lorong-lorong hitam yang hanyir
syaitan pun mendepakan sayap
menutup cahaya bening
langit kotaku menumpahkan hujan darah
bersama bilah-bilah gerimis yang beracun

jalan kotaku berselirat
dengan dendam kesumat

7.6.11
KL

17 Februari 2013

Mencari Kepastian

dari langit gitap
huruf-huruf jatuh
membentuk diksi
diksi menjadi puisi

puisi mencari erti diri 
tuk diriku mencari kepastian hakiki

06 Februari 2013

Kehidupan

memburu semalam yang tak kembali
diburu esok yang kunjung pasti

kehidupanku...
begitulah

6.2.13

04 Februari 2013

Gerimis

gerimis tumbuh
membenihkan kembali cendawan rinduku
di halaman

ada saat-saatnya kita pernah dipertemukan
ketika rintik hujan
lalu kuselitkan sekuntum bunga ke rerambutmu
dan di matamu
hanya ada diriku saat itu

gerimispun tumbuh
menerjah atap rembia malam
rintiknya memecah kesunyian
aku kini kembali sepi
di halaman rindu
tanpamu

31 Januari 2013

Duhai Laut - Kuhayatimu

kudengari desahmu
kurasai kepedihanmu
menggarap lendir-lendir dosa dari kuala manusia

kau kendong gelombang dari pelabuhan rindu
perpisahan dua kekasih
entah bila ditemukan kembali

duhai laut
kiranya itu suratan
cintamu meranum jua
di dada pantai yang terlalu setia




27 Januari 2013

Umang-Umang

i
tidak pernah dia menghitung dosa
mengheret cengkerang palsu
saban waktu

ii
diapun merangkak dalam cengkerang dusta
mengunyah pepasir senja
senja yang tidak lagi berpelangi

bila ombak membawa desah angin
diapun terus menghilang
menyusup lubang-lubang

faziz ar

27.1.13
(cantuman puisi 2011}
23.10.11

26 Januari 2013

Buat Melani Meliana (Jakarta Barat Sekitar 1976)

kukenali jiwamu
tapi tidak pernah kukenali dirimu

kusentuh perasaanmu
tapi tidak pernah kusentuh pipimu

(kenangan buat seorang rakan pena yang agak sudah akrab. mungkin kerna hanya jarak yang memisahkan. dan waktu itu tidak seperti hari ini...kita bisa saja berbisa selangsungnya)

25 Januari 2013

Duhai Kalian

kulihat kehidupan kalian dihutani dengan segala rencam
hidup dalam debu malam yang menghitamkan muka-muka kalian
dan perutusan tuhan tidak lagi kalian kenali;
apakah ianya sebagai perutusan untuk mengitari hidup
atau kalian menggilai semangat tanpa roh ditunggangi nafsu serakah
lantas kalian telah tersesat jauh dalam belantara kehidupan
sebuah kehidupan yang benar-benar palsu
tanpa matahari
tanpa bulan
tanpa denai ke mana-mana

tiada tirai lagi antara kalian dengan iblis laknatullah
tiada malaikat yang sudi menjengah kalian
tiada lagi sempadan
kalian berbondong-bondong ke nar
yang merangupkan tulang sulbi
dengan bidasan cemeti azab yang azali

tuhan memerhatikan setiap langkah kalian
bila tiba perutusan berdarah dariNya
tiada akhirnya lagi
kesensaraan itu



23 Januari 2013

Kota & Dosa

neon mercik suram pada lantai malam
bilah gerimis menikam dari langit
kota ini asyik mencetak dosa
dari derap langkah nafsu yang
dipacu iblis

di sini tuhan telah dilupakan
buih-buih syaitan menggauli tengik marijuana
lorong kelam dihuni gelandangan berkurap
dan di longkang,
lendir mengalir lesu

sebenarnya kota ini menangis
kudengar esakkannya
kudengar rintihnya kepada tuhan
kudengar ratapnya kepada kalian

17 Januari 2013

Anakku dan Gelang Getah

(anakku dan rakan-rakan bermain gelang getah)

merekapun melontar gelang getah melepasi garisan
gelang getah dilontar mengikut giliran
biru, merah, hijau dan aneka warna ikut pilihan
bila gelang getah bertindan dia akan mengaut semua gelang getah di halaman rumah

dan permainan dimulai semula
biru, merah, hijau dan aneka warna dilontar lagi
ikut pilihan. ikut giliran
bila lontaran gelang bertindan di atas garis halaman
pemenang mengaut semua
gelang getah adalah miliknya

yang menang pulang dengan sebabun getah
yang kalah. pasrah...

besok mereka berjanji untuk
bermain lagi.

Batu Nisan

di sini aku berdiri menulikan setiap pertanyaan
di sana aku berdiri menjadi saksi-saksi kalian

16 Januari 2013

Berita Jam 8

diketuknya batu-batu benci
saban malam

batu-batu benci mercikkan api
api menyala di kamar kami
api membakar jendela kami

kamar ini menjadi bara
bara menyala menjadi api
api menyala di mana-mana

hati kami nyalaan api
langkah kami langkah berapi
api membakar di mana-mana

08 Januari 2013

Senja Klise

senja sering terbicara dalam puisi kita
senja dilukiskan dengan warna jingga
senja dan laut, senja dan pantai, debur ombak dan senja

beburung terbang ke sarang senja
senja yang gerimis
senja dan ufuk yang sayup
senja dan garis gunung
dan pelangi itu melengkung senja


padaku senja adalah usia
malam itu kematian
di senja ini kita harus berdiri di saf yang panjang
merebah dahi pada bumi
sekhusuk-khusuknya
khusuk pada Pencipta
khusuk pada Al Khaliq
sebelum kita ditolak senja ke jurang yang dalam

01 Januari 2013

Aku Dan Langit

bawakan kepadaku kejoramu
agar dapat kupeluk ia dengan rinduku yang terlalu

sinari daku dengan purnamamu
biar punggukku yang merindu berlagu sendu
memangil-manggilnya dari pohonan malam

biarkan mozek-mozek bergantungan di dadamu
agar melindungiku dari pinar mentari

Belum bertajuk

  Di sangkak tradisi Dieramnya generasi buat menyambung legasi Menetaslah wajah-wajah baru dari kehangatan kasih