31 Disember 2012

Di Pesta Tahun Baru


pada kalian. tuhan sudah tidak ada
kalau adapun telah kalian lemaskan di gelas kaca berbuih itu
jeritan polong merajai ruang kesamaran dalam liplap warna cahaya yang kelam
lantai dipacu marijuana dengan gerak tarian iblis

ini saat perpisahan kata kalian!


tanpa kalian sedari
tik tak terus merangkak
kalian dipersilakan ke neraka
kalian tidak layak menjadi hamba tuhan

30 Disember 2012

Destinasi Hidup

dengan sebiji belon
anakku memasuki gerabak pagi
di sudut kota yang sejuk

gerabakpun meluncur dengan jeritan yang perih

bila pintu membuka; anakku akan melangkah
ke aspal yang basah
di tangannya sebiji belon kian membesar


dan destinasi itu masih berjela...
tanpa jeda

28 Disember 2012

Hujan Disember

barangkali disember itu menangis
membilang dosa-dosa kita

barangkali disember itu menangis
lantaran kita lupa dan alpa

barangkali disember itu menangis
laluan kita ke jurang neraka

barangkali disember itu menangis
ada perpisahan yang tragis

dan disember terus menangis sepanjang abad
kerna kita semakin tersesat



Laut

digarapnya cairan pekat dosa
dari kuala-kuala nafsu kita
yang tengik yang hanyir yang hancing berbaur
lalu dikendungnya ke pusar yang dalam
sebelum menghempas ke pantai dan ke batu tajam

dan dia menghantar kembali kepada kita
puing-puing putih nan bersih di gigi air
cuma
belanak, belangkas dan camar
mengerti rahsia ini


Aku

dengan tanganku ini
aku bisa menumpaskan apa saja...

sang serigala. sang harimau rimba yang merajalela di belantara
aku bisa mengonyakkan mulut sang buaya . sang naga di lautan bergelora
di langit. aku bisa patahkan sayap sang geruda yang terbang menutup mega

tapi aku tidak mampu
benar-benar tidak kumampu!
menewaskan diriku sendiri...

di sini
aku menjadi terlalu bacul
membiarkan diriku terbelit di jeriji diri

20 Disember 2012

Dengan

i.
dengan seberkas kunci biar kubuka hati-hati
dengan sekuntum puisi biar kuredakan sepi
biar kalian tidur bermimpi
bersama bidadari dari langit tinggi

ii.
dengan sebilah kunci biar kubuka hatimu
dengan benang puisi biar kujalin rindu
biarkan ianya begitu
bersama kita layari ke samudera ungu


Di Kamarmu

dengan sebilah kunci kamarmu kumasuki
wajah-wajah merenung tajam.
mengawasi gerak langkah

kubuka lacimu yang tidak kaukunci
ada warkah cinta seorang peria yang mulus
menulis dongengan dari kayangan

di ranjangmu yang gebu
sehelai selimut nipis berbunga
bisa menghangatkan rindumu di bantal peluk

dari cermin solek di penjuru kamar itu
kulihat engkau begitu ranum
merobek kelakianku

pada pintu kamar
kau sangkutkan sepotong ayat tuhan
dilitup cermin yang berdebu

cicak merangkak dari bingkai lampu
mengintai kelkatu




19 Disember 2012

Lorong Itu

barangkali tuhan sudah 'tiada' di sini
atau barangkali tuhan 'melupakan' lorong ini

kerna perempuan kalian asyik bertelanjang
menanti malam yang tak kunjung muncul

hon-hon itu tidak pernah kalian hentikan
tanda amarah iblis yang merajalela

dan pohon-pohon krismaspun
tumbuh menguncup ke langit
menanti pari-pari

di aspal hitam
debu-debu menyusup rongga malam


18.12.12
(di bukit bintang kl)

16 Disember 2012

Duhai Teman

tidakkah kalian mendengar desah ombak pantai itu
adalah ucapan salam yang tak putus-putus untuk kalian
kerna sudi menjengah walau sebentar ke pulau kami

duhai angin...hiburkan tetamu ini dengan semilir yang dingin
duhai awan mendungmu jangan sampai memburaikan hujan
kerna tetamu-tetamu kami ingin bersantai di dadamu

duhai teman
taburkan puisimu di sini. di pulau kami
agar ianya menjadi benih
tumbuh rimbun berbunga dan berdaun

(untuk teman punggok yang kini masih di Pangkor)



15 Disember 2012

Di Matamu

malam itu di matamu dapat kulihat
sekuntum puisi begitu bugar
mekar pada kelopak malam yang dini

kuntuman itu tak dapat kuterka apakah
sekuntum mawar atau teratai atau...
yang anihnya tidak dapat kupasti tetapi
ternyata ia begitu menujah isi jantung ini malam itu

lantas bila aku cuba melelapkan diri di ranjang kamar
kelopak puisi dalam sinaran matamu itu kekal menguntum di hati
seolah mau kau awasi setiap dengkur dan mimpiku malam itu

ah...
ini pertemuan yang Tuhan telah tentukan
tak pernahpun kuimpikan begitu sebelum ini
kan kubiarkan ia mekar menjadi kenangan

(untuk Pungguk Berlagu)

09 Disember 2012

Duhai Manja


duhai manja!
bercambahlah engkau di rahimku ini
biar kususuimu dari bebenang uri
biar kubekali darah dari urat nadi

agar engkau mengerti
kehadiranmu dari pertautan kasih nan suci

andai tiba saat engkau mahu mengetuk pintu
berjanjilah kepadaNya...dan
berjanjilah kepadaNya
kepada ibumu ini dan ayahmu jua bahawa:
hanya kepada Dia engkau menyembah,
dan hanya kepada Dia engkau memohon pertolongan

muga tuhan izinkan engkau bernafas
di duniaNya yang luas

duhai manja!
berjanjilah kepadaNya
berjanjilah....

(kugarap perasaan seorang ibu yang sarat itu)

05 Disember 2012

Setangan Rindu

dengan sebuku benang biru
kujalin sehelai setangan rindu
lalu kuhulurkan padamu

buat menyapu basahan kasihmu...

04 Disember 2012

Nostalgia

senja itu...
tika kita berdua
menghuni pantai. mendengar desah ombak
kau dan aku begitu asyik
berdakapan dalam serbuk gerimis

masihkah kau ingat...

tika kau menudingkan jarimu
ke arah lengkung pelangi dengan tujuh warna rindu
dan kau tafsirkan warna-warna itu
dengan cubitan manjamu ke dadaku

sedang aku asyik mengutip kuntuman bunga
yang bergantungan di pohon senja
lalu kusisipkan sekuntum di celahan rerambutmu
dengan senyuman manja itu kau benamkan mukamu ke dadaku

dan itulah nostalgia yang masih tinggal
pada seorang yang bernama aku

03 Disember 2012

Si Peniaga Karpet dan Sahabat Lama

i.
pabila dia mula membuka kata
katanya berbisa
tak dapat diduga
benar belaka...

ii.
melainkan yang hanya kau mampu
cuba menyibukkan diri di pentas itu
bikin seloka dan dongengan tua

iii.
dalam diam siapa tahu
kau hanya merintih luka
tunggu ketika...

Belum bertajuk

  Di sangkak tradisi Dieramnya generasi buat menyambung legasi Menetaslah wajah-wajah baru dari kehangatan kasih