31 Disember 2012

Di Pesta Tahun Baru


pada kalian. tuhan sudah tidak ada
kalau adapun telah kalian lemaskan di gelas kaca berbuih itu
jeritan polong merajai ruang kesamaran dalam liplap warna cahaya yang kelam
lantai dipacu marijuana dengan gerak tarian iblis

ini saat perpisahan kata kalian!


tanpa kalian sedari
tik tak terus merangkak
kalian dipersilakan ke neraka
kalian tidak layak menjadi hamba tuhan

30 Disember 2012

Destinasi Hidup

dengan sebiji belon
anakku memasuki gerabak pagi
di sudut kota yang sejuk

gerabakpun meluncur dengan jeritan yang perih

bila pintu membuka; anakku akan melangkah
ke aspal yang basah
di tangannya sebiji belon kian membesar


dan destinasi itu masih berjela...
tanpa jeda

28 Disember 2012

Hujan Disember

barangkali disember itu menangis
membilang dosa-dosa kita

barangkali disember itu menangis
lantaran kita lupa dan alpa

barangkali disember itu menangis
laluan kita ke jurang neraka

barangkali disember itu menangis
ada perpisahan yang tragis

dan disember terus menangis sepanjang abad
kerna kita semakin tersesat



Laut

digarapnya cairan pekat dosa
dari kuala-kuala nafsu kita
yang tengik yang hanyir yang hancing berbaur
lalu dikendungnya ke pusar yang dalam
sebelum menghempas ke pantai dan ke batu tajam

dan dia menghantar kembali kepada kita
puing-puing putih nan bersih di gigi air
cuma
belanak, belangkas dan camar
mengerti rahsia ini


Aku

dengan tanganku ini
aku bisa menumpaskan apa saja...

sang serigala. sang harimau rimba yang merajalela di belantara
aku bisa mengonyakkan mulut sang buaya . sang naga di lautan bergelora
di langit. aku bisa patahkan sayap sang geruda yang terbang menutup mega

tapi aku tidak mampu
benar-benar tidak kumampu!
menewaskan diriku sendiri...

di sini
aku menjadi terlalu bacul
membiarkan diriku terbelit di jeriji diri

20 Disember 2012

Dengan

i.
dengan seberkas kunci biar kubuka hati-hati
dengan sekuntum puisi biar kuredakan sepi
biar kalian tidur bermimpi
bersama bidadari dari langit tinggi

ii.
dengan sebilah kunci biar kubuka hatimu
dengan benang puisi biar kujalin rindu
biarkan ianya begitu
bersama kita layari ke samudera ungu


Di Kamarmu

dengan sebilah kunci kamarmu kumasuki
wajah-wajah merenung tajam.
mengawasi gerak langkah

kubuka lacimu yang tidak kaukunci
ada warkah cinta seorang peria yang mulus
menulis dongengan dari kayangan

di ranjangmu yang gebu
sehelai selimut nipis berbunga
bisa menghangatkan rindumu di bantal peluk

dari cermin solek di penjuru kamar itu
kulihat engkau begitu ranum
merobek kelakianku

pada pintu kamar
kau sangkutkan sepotong ayat tuhan
dilitup cermin yang berdebu

cicak merangkak dari bingkai lampu
mengintai kelkatu




19 Disember 2012

Lorong Itu

barangkali tuhan sudah 'tiada' di sini
atau barangkali tuhan 'melupakan' lorong ini

kerna perempuan kalian asyik bertelanjang
menanti malam yang tak kunjung muncul

hon-hon itu tidak pernah kalian hentikan
tanda amarah iblis yang merajalela

dan pohon-pohon krismaspun
tumbuh menguncup ke langit
menanti pari-pari

di aspal hitam
debu-debu menyusup rongga malam


18.12.12
(di bukit bintang kl)

16 Disember 2012

Duhai Teman

tidakkah kalian mendengar desah ombak pantai itu
adalah ucapan salam yang tak putus-putus untuk kalian
kerna sudi menjengah walau sebentar ke pulau kami

duhai angin...hiburkan tetamu ini dengan semilir yang dingin
duhai awan mendungmu jangan sampai memburaikan hujan
kerna tetamu-tetamu kami ingin bersantai di dadamu

duhai teman
taburkan puisimu di sini. di pulau kami
agar ianya menjadi benih
tumbuh rimbun berbunga dan berdaun

(untuk teman punggok yang kini masih di Pangkor)



15 Disember 2012

Di Matamu

malam itu di matamu dapat kulihat
sekuntum puisi begitu bugar
mekar pada kelopak malam yang dini

kuntuman itu tak dapat kuterka apakah
sekuntum mawar atau teratai atau...
yang anihnya tidak dapat kupasti tetapi
ternyata ia begitu menujah isi jantung ini malam itu

lantas bila aku cuba melelapkan diri di ranjang kamar
kelopak puisi dalam sinaran matamu itu kekal menguntum di hati
seolah mau kau awasi setiap dengkur dan mimpiku malam itu

ah...
ini pertemuan yang Tuhan telah tentukan
tak pernahpun kuimpikan begitu sebelum ini
kan kubiarkan ia mekar menjadi kenangan

(untuk Pungguk Berlagu)

09 Disember 2012

Duhai Manja


duhai manja!
bercambahlah engkau di rahimku ini
biar kususuimu dari bebenang uri
biar kubekali darah dari urat nadi

agar engkau mengerti
kehadiranmu dari pertautan kasih nan suci

andai tiba saat engkau mahu mengetuk pintu
berjanjilah kepadaNya...dan
berjanjilah kepadaNya
kepada ibumu ini dan ayahmu jua bahawa:
hanya kepada Dia engkau menyembah,
dan hanya kepada Dia engkau memohon pertolongan

muga tuhan izinkan engkau bernafas
di duniaNya yang luas

duhai manja!
berjanjilah kepadaNya
berjanjilah....

(kugarap perasaan seorang ibu yang sarat itu)

05 Disember 2012

Setangan Rindu

dengan sebuku benang biru
kujalin sehelai setangan rindu
lalu kuhulurkan padamu

buat menyapu basahan kasihmu...

04 Disember 2012

Nostalgia

senja itu...
tika kita berdua
menghuni pantai. mendengar desah ombak
kau dan aku begitu asyik
berdakapan dalam serbuk gerimis

masihkah kau ingat...

tika kau menudingkan jarimu
ke arah lengkung pelangi dengan tujuh warna rindu
dan kau tafsirkan warna-warna itu
dengan cubitan manjamu ke dadaku

sedang aku asyik mengutip kuntuman bunga
yang bergantungan di pohon senja
lalu kusisipkan sekuntum di celahan rerambutmu
dengan senyuman manja itu kau benamkan mukamu ke dadaku

dan itulah nostalgia yang masih tinggal
pada seorang yang bernama aku

03 Disember 2012

Si Peniaga Karpet dan Sahabat Lama

i.
pabila dia mula membuka kata
katanya berbisa
tak dapat diduga
benar belaka...

ii.
melainkan yang hanya kau mampu
cuba menyibukkan diri di pentas itu
bikin seloka dan dongengan tua

iii.
dalam diam siapa tahu
kau hanya merintih luka
tunggu ketika...

29 November 2012

Kepedihan Yang Kian Parah

dengan sebilah belati
kautusuk diri ini

sampainya hati....

di ranjang kamar
aku dibesit kepedihan
kepedihan yang kian parah

engkau tidak pernah peduli...

29.11.12

25 November 2012

Puisi Siburung Camar


pernah kau dengar puisi siburung camar?
bicara tentang laut pasang dan surut
bicara tentang tangisan belanak kecil yang direnggut mata kail

pernah kau dengar lagi
puisi siburung camar?
bicara tentang badai yang meratah pantai
bicara tentang keluhan pelaut tua yang saban waktu dihempas samudera

dan kudengar puisi siburung camar itu
dari atas ranting lenggadai yang kian mereput

25.11.12


24 November 2012

Kalam Tuhan

mahu bicara seni?

padanya ada jutaan bait puisi
puisi teragung dengan diksi-diksi keramat jutaan kalimat 
bisa membawa kalian ke jalan yang lurus
jalan orang yang diberi rahmat
bukan jalan orang yang dibenci dan
tidak jalan orang yang sesat

bacalah...kalian
dengan nama Tuhan
puisikan karya itu
ke dalam diri
agar ia meresap ke pori-pori hati
kalimatnya menjadi darah yang mengalir
lewat jantung kalian

24.11.12

20 November 2012

Tika kuberkunjung ke rumahmu

berkunjung ke rumahmu
ku hadiahkan hati
duhai kekasih

biar kubentangkan pelangi
kusemai kuntuman bunga
di halaman rindu

biarkan begitu
duhai sayangku

20.11.12

Gerabak Pagi

di bangku-bangku
muka-muka basi
asyik mengail mimpi

sedang gerabak bergerak
melintas tik tak

20.11.12
teluk intan

18 November 2012

Ahmed Al-Jabarri

(1960 ~ 14 November 2012)

miskipun tulang dan dagingmu berkecai
darahmu mercik ke muka kami

tulangmu menjadi bara
baranya marak di hati kami
dagingmu menjadi api
apinya menjulang di dada kami

perjuangan ini pasti diteruskan...

satu jasadmu Ahmed al-Jabarri yang hancur
berjuta ahmad al-jabarri akan tumbuh subur

pasti menjadi obor
obormu membakar semangat kami
tulangmu menjadi paksi

perjuangan ini akan diteruskan
akah diteruskan...

faziz ar
(buat merakam kematian tragis pejuang Hamas yang mati syahid oleh rejim pengganas Israel)
(Pasti Rohmu bersama orang-orang yang mendapat rahmatNya...selamat bersemadi Pejuang kami yang berani...)



13 November 2012

KepadaMu

kepadaMU tuhan kuhamparkan harapan
agar penghijrahan hidup seorang aku
sentiasa di atas landasan
menuju keabadian dalam rahmatMu ya tuhan...

09 November 2012

Jalan Ini

kami telah memilih jalan ini wahai tuan
jalan perubahan demi nusa pertiwi

kami telah menjumpai pemimpin tersohor
yang bakal membawa kami ke dataran beraspal
...dataran perpaduan semua anak bangsa

jangan kau curiga
kami telah memilih jalan yang betul
kami ingin keluar dari kemelut ini
kemelut hidup dijajah kroni
mematahkan lidah kami
merendahkan martabad kami

9.11.12

Dia

Dia yang meniupkan harapan
bagi mendebungakan kuntuman cinta
lalu kupu-kupukupun singgah

dari kuntum ke kuntum
dari dahan ke dahan
membawa benih harapan

Aku dan Seruan Muazzin

i.
diketuknya pintu subuh dari rumah tuhan
lalu dibentangnya azan ke halaman

ii.
lantas aku terbingkas
dari mimpiku di kamar malam
dan kulemparkan selimut diri ke ranjang

iii.
dalam gema muazzin yang mersik
kubersihkan hati dari serbuk berdaki
lalu di subuh yang masih perawan
akupun melangkah ke rumah tuhan

9.11.12

Ajal Maut

kita tak bisa mendahuluinya
mahupun melengahkannya
walau sesaatpun
kerna ketentuan itu
di tangan Tuhan...

9.11.12
(Buat mengingati seorang sahabat yang telah kembali kerahmatullah pada 7.11.12 jam 11.00 malam di Bongek Negeri Sembilan. Beliau adalah Sallehuddin bin Ghazali atau nama penanya Azim Salleh, seorang penulis dan pemuisi yang karyanya sering terpancar di dalam akhbar dan dicorong radio)

04 November 2012

Keagungan...MilikNya


kulihat Tuhan di mana-mana
pada gunung, pada laut, pada langit, pada bulan, pada matahari

kurasakan keagunganNya di mana-mana
pada subuh yang bening
pada hari yang dini
pada senja yang berjingga
pada malam yang diam

kurasakan kekuasaanNYa di mana-mana
pada taufan yang menderu
pada gempa yang tiba-tiba menerpa
pada kilat dan halilintar yang berdentum

dan
aku pasrah
ketika langkahku terseradung dik sebutir batupun
aku tak bisa menahan kesakitan...
bahawa aku tidak segagah mana
hanya mampu bergerak dalam pemberian kudratMu semata ya... Tuhan


02 November 2012

Buat Melani Meliana

aku pernah bersamamu dahulu
kalau engkau terlupa, aku bisa mengingatkan kembali
memori itu yang sudah puluhan tahun

melani meliana di Jakarta Tengah
begitu seingat aku kita diperkenalkan dulu
kini engkau pasti bersama suamimu yang tersayang
dan engkau pasti engkau riang bersama anak-anakmu yang terkasih

dan kehidupan ini duhai melani
kadang-kadang umpama menelesuri belantara
tersesat dan terluka
kadang-kadang umpama berjalan di tengah padang pasir
menelesuri fatamogana mencari air
lapar dan dahaga

dan kini
engkau dengan kehidupanmu
dan aku di sini hanya asyik mencari diksi
menulis puisi hanya untukmu

kiranya engkau mengerti....

2.11.2012

Keris Berlok Tujuh

ayuh! mara kepadaku...

ditunggu apa lagi
aku sedia menantimu di sini
membaca gerak lompatan dalam langkah silatmu

kan kuhunuskan kepadamu
keris pusaka dari besi kersani
dituang dalam acuan nenek moyang

awas! kerisku ini berlok tujuh
kugenggam erat hulunya dari gading berukir
pasti bisa merodok jantungmu sehingga tembus
andai ada detik-detik langkahmu yang sumbang

ayuh! mari kita berpencak
sebagai tuah sebagai jebat

2.11.2012

16 Oktober 2012

Peringatan Dari Senja

di rahang senja yang memanciskan gelojak nafsu dari neraka
bahangnya kau lihat nun di ufuk mega yang begitu garang jingganya
kalian di jalan ini masih berpencak tanpa peduli
serbuk azan yang dihamburkan dari minaret tinggi
adalah laungan hakiki untuk kalian
mengingati tuhan

16.10.12
(andai ada kesempatan, ingin sekali menulis kembali, kucuba ini untuk kalian)



06 September 2012

Resah

dengan sepatu benci
engkaupun melangkah pergi

tinggalkan aku
mengunyah hati
mengusung resah diri
di ranjang sepi
di rusuk malam yang dini

07 Julai 2012

Di Pentas Hitam Putih

i)
diapun terus menggerakkan bidak-bidak
ke petak-petak hitam putih dalam pertarungan kali ini
dengan mengusung nafsu serakah
dia mengatur tipu helah dan 
menebarkan racun fitnah yang melata
ke setiap persimpangan yang berliku di petak-petak itu

dengan rentak tari bidak-bidak mainannya
diintainya setiap gerak rusuk musuh yang bersegi
dan fitnah itu ditebarkan lagi sehingga ke ranjang malam

memangpun selama ini
pabila dia terus menggerakkan bidak-bidaknya ke setiap penjuru petak hitam putih itu
lawannya harus akur bahawa:
dia adalah pemain yang tersohor
geraknya pasti memerangkap bidak lawan
yang pasti terkedu tewas dalam setiap kali pertarungan
kemudian dia akan kembali mengawal setiap rinci petak-petak hitam putih itu
selama ini

ii)
dan kali ini dia tersedar dari lamunan bahawa:
gerak setiap bidak dirinya tidak lagi lancar
sering terkedu dan tersekat di petak-petak diri
setiap gerak rusuknya diintai dengan rincinya
tipu dayanya tidak lagi mampu menolehkan lawan

namun dia terus mengisi racun
pada setiap kelongsong bidak-bidaknya
agar setiap gerak mampu menggegar gerak musuh

iii)
sebenarnya dia telah tersedar
bidak-bidaknya hanya bergerak
di sekitar perangkap musuh yang bijak

dan penonton-penonton yang bersidai di keliling meja pertarungan
telah maklum...
pada kali ini dia akan ditewaskan
dalam kehinaan yang amat sangat

iv)
dan...
dalam diam
dia mengatur langkah;
papan pertarungan ini akan diterbalikkan
sebelum geraknya di 'CheckMate'

fauzirashid




28 Jun 2012

Kejora

di malam yang bisu begini
kuamati duhai kerdipan kejoramu
di ufuk langitku yang menghitam
namun kucuba jua membisikkan
bait-bait puisiku yang halus
untukmu wahai kejoraku yang tersayang

namun engkau tak pernah mengerti
alam mayamu tak bisa kusapai lagi
walaupun di malam yang sepi begini
saat-saat kau sangat kuperlui

22 Jun 2012

Waktu2

bila dinding kamarku meretak dihentak tik tak
akupun terbingkas dan terbangun 
dari ranjang mimpiku yang ngeri 


pada cermin kamarku yang berdebu
kutampak diriku kian usang
dimamah waktu yang asyik menggigit
yang tak pernah tampil kembali mengunjungiku di kamar ini


dan kelkatu-kelkatu yang menerpa lampu kamarku
mematahkan sayapnya lalu merangkak
meratah gobok kamarku yang mereput


ah....begitulah kehidupan


fauzirashid



18 Jun 2012

Waktu

adalah
tik tak tik tak
yang menghentak
kulitku meretak

adalah
bandul yang berayun
tidak memperdulikan
sesiapapun

adalah
kepompong yang kian tua
menerjahkan rama-rama

adalah
seorang tua di gigi jalan
menghimpun sampah-sampah kehidupan

waktu itu adalah
sahabat yang terus pergi
meninggalkan aku
termanggu sepi

fauzirashid

01 Jun 2012

Hakikat

dari tanah
dan...
kepada tanah
kita akan kembali

pun sementara
menunggu titian...
sirotulmustaqim

30 Mei 2012

Kepompong Diri

kukunyah helaian dedaun kenangan
dari rimbunan waktu yang sempat kutinjat
sebentar aku pasti akur dengan takdirMu tuhan
merubah diri menjadi kepompong yang sepi
bergayut di reranting hari

esok atau lusa yang belum pasti
aku bertafakur mencari diri
mentafsir mimpi dalam pertapaan yang beku
apakah aku bisa keluar dari cengkerang ini
mengepak sayap menuju ke langit biru...

15 Mei 2012

Getik

bila segelintir lembu tua itu
mula menggoyangkan punggung
sebenarnya mereka selayaknya disembelih
sebelum mati katak dilanggar lori sampah yang lalu

mereka sudah hilang harga diri untuk hidup
hidung tercucuk tali belati di sebatang tiang yang mereput

ah...betapa biul....

27 April 2012

Duduk Bantah

kami datang dengan wadah
setiap wajah punyai hujah
tak mungkin kau persendakan ini
duduk bantah

bersama seniman ini
kami datang dengan darah
walau panas walau basah
kami tidak akan goyah
membujur lalu melintang patah

kami tetap akan
laksanakan
duduk bantah
di dataran itu


22 April 2012

Kerna Bait-Bait Puisimu

bunyi cengkerik malam yang bertasbih itu
begitu menusuk relung-relung hatiku yang bungkam
aku yang masih diperhentian ini
di kamar sunyi
mencari sesuatu dalam cermin diri
yang menyimpan sekurun kenangan

dalam ketidakpastian itu
kukunyah bait-bait puisimu
hingga aku terlena dalam pelukan rindu


19 April 2012

Dosa Qabil

hanya kerna sekarung gandumnya tidak disambar api tuhan
dan kerna secebis kejelitaan lubuda yang memberahi itu,
dihempasnya seketul batu kekepala habil

habil kembali kepada tuhannya
dan dia kebingungan...
"kenapa jasad tidak diambil tuhan bersama roh
lantas jasad ini menjadi beban"

dan burung gagakpun menunjukcara
dalam kedunguan, jasad habil ditimbus

jadilah dia seorang lelaki yang rugi
dan sarat mengendong seluruh dosa umat
yang berbunuhan sepanjang zaman




12 April 2012

Engkau Tidak Pernah Mengerti

telah kugariskan tujuh warna rindu
pada kanvas itu
dan kubiarkan ia hidup tanpa nyawa

biar jembalang liar menjadi penonton
mengunyah setiap erti yang tersirat

kerna engkau tidak pernah mahu mengerti
sebuah puisi yang kutulis dengan diksi
miskipun kusulam dengan
bulan dan bintang

ke mana perginya bicaramu
tuk kunikmati bilah-bilah puisimu yang
sering menikam diri
dan kau biar aku terus terpasung
dan meraung
umpama orang yang kurang siuman
mengunyah mimpi kusendiri

fauzirashid

11 April 2012

Sekitar Gempa 11.4.12

seminit barang kali terlalu sebentar
ketika bandul tiba-tiba menggila
dan rumah waktu bergoncang
terasa gegar masjid tua ini

ini ujian kecil-kecilan
walau sebentar menjadi gentar
kami yang berdiri dalam saf asar
kemabukan...
kekyusukan pada Tuhanpun terencat

8.7 skala ritcher
kami tunggu tsunami
tsunami tak kunjung tiba

mungkin tsunami itu ditunda Tuhan
sebentar lagi
di tanah pusaka ini...

fauzirashid
buat merakam gegaran pada waktu kami sedang solat asar.

06 April 2012

Secangkir Puisi Segelas Rindu

walaupun secangkir puisi
telah kutuangkan dalam segelas rindu

ternyata
tidak sudipun engkau mencicipnya
walaupun telah kupinta berkali-kali

tinggalah aku kesepian
memerhatikan rimbunan bunga
dan kupu-kupu yang terbuang

(malam & kesepian itu)
6.4.12

26 Mac 2012

Terowong Hidup

peluru dari langit syaitan menembus kepala laki-laki perwira itu
dalam belantara api yang merebak merentungkan wajah-wajah kaku

tiada lagi tempat berlindung di bumi ini
penjajah laknat menguasai segala ruang laut bumi dan udara
dengan tangker dan mesingun di langit telah gugur bebola api
yang membingitkan

yang ada hanya terowong itu
bikinan dari keringat semangat ingin hidup
di bumi sendiri

kalian benar-benar wira
kerna upaya melawan dengan tangan kosong walaupun api membakar rentung
kalian menyelusup dalam terowong-terowong bumi
menjadi tikus yang menyeringai gigi
dengan hati membara bersemangat waja
lawan tetap lawan

(ketika melawat Chu Chi Turnel HCM City)

Bukan

bukan...
bukan kematian itu satu perhentian
cuma selangkah kehadapan
menemui Tuhan

(buat merakam ingatan seorang sahabatku (Khairi Mat Nor) yang telah kembali kerahmatullah kerana serangan jantung sebentar tadi...al-fatihah buat mu)

01 Mac 2012

Secangkir Puisi Untuk Kekasih

secangkir puisi
kutuangkan dalam segelas rindu
untukmu yang tersayang

fauzirashid
1.3.12

29 Februari 2012

Puisi untuk Binatang

di atas jalan beraspal hitam
di antara garisan putus tanpa hujung
ular menjadi bangkai
kucing menjadi bangkai
anjing menjadi bangkai
katak menjadi bangkai
tikus menjadi bangkai
burungpun menjadi bangkai
kura-kura berkecai
cengkerangnya hancur menjadi bangkai

mahu kuberitahu
pada semua kalian hai binatang
bahawa jalan beraspal hitam
bukan untuk kalian

di situ kemanusiaan telah tercicir
di longkang-longkang dan semak belukar
kehidupan mengejar dan dikejar
sepanjang hayat

22 Februari 2012

Zuriat

nikahi aku
duhai lelaki...
diranjang cinta
kasih kan bersulam

biar kukendong zuriat kita
dari setapak tangan
kudidik dengan
usapan kasih luhursuci
biar dia tumbuh menjadi
pohonan yang rendang
pewaris bangsa terbilang

20 Februari 2012

Kupu-Kupu Kota

kupu-kupu kota
walau tanpa kata
tetap mengancap rasa

raut-raut noda
dalam bayangan neon
kupu-kupu kota
mengaut dosa

kota terkial tanpa kata-kata
kupu-kupu kota
menukil goda
kau yang jalang
mengintai jalan pulang
terbias dan terbabas

angkara kupu-kupu kota
mengagihkan dosa
tiap ketika
tanpa kata-kata
menukil goda
merembeskan dosa

tiap ketika


16 Februari 2012

Umpama

umpama ombak
kau datang membasahkan aku dengan sentuhan

dan
umpama ombak
kau seret pepasir rinduku ke tengah lautan

Ooo....tinggallah aku
kesepian.

16.2.12

15 Februari 2012

Di Kedai Mamak

dengan
sekeping roti
secawan kopi
mereka bisa bicara tentang dunia
timur dan barat, selatan dan utara

sekeping roti
secawan kopi
dipesan lagi
mereka bicara tentang siasah
benar dan salah

sekeping roti
secawan kopi
lalu dipesan lagi
buat menonton liga-liga dunia
yang mencandui fikiran mereka

sekeping roti secawan kopi
terus diminta lagi
diratah dan dihirup semaunya

15.2.12


11 Februari 2012

Di Lorong itu

kau hulurkan padaku kartu nasib
ketika ku berjalan di lorong-lorongmu yang sempit
ramai lagi manusia-manusia kenapa tak kau hulurkan saja pada mereka
kau pilih aku dengan sekeping kartu kecilmu
kau minta aku memilih kartu-kartu mana yang punyai nombor-nombor yang akan dipilih tuhan
untuk kurangkul billion dongmu
bakal aku menjadi jutawan segera
ketika kujejak kakiku ke sini

duhai engkau
aku tidak mahu terpedaya dengan
kartu syaitan
yang kau unjukkan padaku

kenapa tak kau simpan sahaja kartu itu
dan kau tunggu saja pemberian dari tuhanmu
rezeki-rezeki dari renongan patong-patong buddha
yang kau sembah siang dan malam
bersama asap colok yang kelam

5.2.12
(Pasar malam Ben Than-Ho Chi Meh)

TERCICIR

selama inipun kami dapat rasakan
dia mencari-cari alasan
untuk keluar dari saf ini

setelah terkentut
dia tidak lagi layak berdiri bersama kami
kerna tuhan tidak pernah mengizinkan

lalu diapun terpaksa beredar
dan ketika di luar saf kamipun
dapat kudengar dia
asyik melalak dan memaki hamun

10.2.12

10 Februari 2012

Kupu-Kupuku

duhai angin
kau ajarkan kupu-kupuku terbang
buat menjengah
langitmu yang terbentang

4.2.12
(Penerbangan KL-Ho Chi Meh : 6.50 petang)

09 Februari 2012

Tarian Kota

tarian kota ini tidak bisa dihentikan
tidak dipedulikan serbuk azan yang
gugur dari langit
penghuninya mabuk
meneguk air syaitan
di lorong tidak bertuhan

aku cuma pendatang yang sebentar
di daerah asing ini
memerhati ombak laut cina selatan
yang kian resah

senja membuka selekoh palsu
sebentar malam akan mengalir
dengan degupan syaitan
menggetar nadi kota ini

25.7.11
(Hotel Mariot Miri Sarawak)

28 Januari 2012

Aku Yang Tersisih

(Kutemui seorang tua yang kukenali puluhan tahun dulu. Dulu dia membuka gerai di tepi jalan dan aku selalu makan sambil bersantai dan berborak dengannya. Isterinya yang agak jauh lebih muda darinya turut membantu perniagaan itu. Dan kali ini ketika kutemui, dia sudah kehilangan semua itu...dia telah diusir oleh keluarganya ..dan dengan daif kulihat dia mengharung sisa usia yang kosong...di jalan-jalan kota dan bermalam di mana-mana. Dan kutulis puisi ini pada ketika fikiranku sedang sarat memikirkan rencah-rencah hidup manusia)


tanpa sepatu
aku melangkah ke aspal yang garing
dengan sebatang tongkat
kukutip sampah-sampah kalian

di sebatang tiang lampu
di lorong yang berliku
kurebahkan diri
membelek kotak-kotak mimpi

duhai tuan
izinkan aku mengunyah hidup
di lantai waktuku yang bersisa

fauzirashid

15 Januari 2012

Angkara Cerobong Kapitalis

daun-daun telah gugur
dahan telah patah
tunggul kian mereput

sungaiku mengalirkan lendir
ikan mengelepar
siput mereput
cengkerik tidak lagi mampu berbunyi

tiada lagi damai di sini

fauzirashid
(sebuah kilang sarung tangan dibenar beroperasi di desaku)


12 Januari 2012

Puisi Untuk Wirawan

tiada kulihat dia seolah gentar
atau terlayu dan ternanar
tiada kulihat langkah silatnya tersumbang
atau pernah mahu melangkah pulang

dia wirawan terbilang
tetap gagah
membujur lalu melintang patah

fauzirashid

08 Januari 2012

Antara Kita

di lantai diri
kulangkahi sepi
dengan sebiji belon
kulambai pelangi
yang melengkong senja

duhai malam
kau bawakan rinduku
kepadanya

dan gerimispun
membasah kulit ingatan...

fauzirashid

05 Januari 2012

Senyumanmu Itu - Hatiku ini

i.
Senyumanmu (Saat mula kita bersua)

pelangi senja yang menibarkan
warna-warni gemilang meredah awan
dan beburung melayang pagi dan petang
berpasang-pasang

adalah umpama air yang mengalir
dari hulu ke hilir
merempuh pepasir

dan di bawah kehijauan pepohon itu
seekur ikan bermain-main
buihnya yang bening dan dingin

ii.
Hatiku ini ( Apabila engkau melangkah pergi)

umpama
sebilah lembing yang kau tujahkan
ke dadaku yang ungu
lalu aku tersungkur ke tanah
lemah dan berdarah

adalah jua sebilah panah
yang kau lepaskan dari busurnya
tertusuk ke hatiku
lalu aku menggigil dan jatuh
mengerang dan mengaduh

fauzirashid

Belum bertajuk

  Di sangkak tradisi Dieramnya generasi buat menyambung legasi Menetaslah wajah-wajah baru dari kehangatan kasih