ku cari mentera diri setelah kehilangan kata-kata pada malam yang dini
seberkas kunci pembuka puisiku pun telah kulontarkan ke mana entah
kebingunganlah aku di kamar memerhati cicak-cicak melontar lidah
menggulung serengga malam ke temboloknya dengan lahap
dari bingkai lampu
kuperhatikan seekur kupu-kupu menginap kamarku tanpa undangan
mengibarkan sayap kecil mendakap langsir barangkali buat malam yang terakhir
kerna cicak-cicak malam kulihat begitu lahap
kurelakan segalanya kerna kusedari ciptaan tuhan meliputi seluruh arasyi
tujuh petala langit, tujuh petala bumi segalanya di bawah kekuasaanNya
hatta adigan di kamarku pada malamku yang sepi begini adalah lukisanNya
antara aku, cicak-cicak itu dan kupu-kupu ini
apakah kami masih bernafas esok pagi?
apakah dapat lagi kumencari puisi
segalanya adalah dalam Dia
kehendakNya jua
fauzirashid
31.3.2010
Langgan:
Catat Ulasan (Atom)
Belum bertajuk
Di sangkak tradisi Dieramnya generasi buat menyambung legasi Menetaslah wajah-wajah baru dari kehangatan kasih
-
Di sangkak tradisi Dieramnya generasi buat menyambung legasi Menetaslah wajah-wajah baru dari kehangatan kasih
-
pelangi kembali melengkung dilangit mendung pada senja yang menjingga menibarkan tujuh warna gerimis ada laungan keramat bersama beburung ya...
-
kau terus membiarkan tanda soalmu melengkong dihujung gerabak pertanyaan diri sedang di bawahnya sengaja kau letak sebutir batumu yang berat...
salam fauzi,
BalasPadamah, sahabat ketika kau kehilangan kata-kata, katamu, dapat juga kau menulis patah-patah
ini yang sangat menarik dan mendalam
pula maknanya
moga-moga Allah terus memberikan
ilham kepadamu, terus-terus
Salam, Sdr Fauzi;
BalasPadamKehidupan kita bertitik. Yang pasti titik itu akan tiba sebentar lagi, jika tidak kepada kita, harus kepada orang lain yang menjai keluarga dan sahabat kita. Senantiasalah kita beristighfar.
satu monolog, tentang ilham, menunggunya..
BalasPadam